Temanggung, 26 Januari 2025 – Asrama Pesantren Mambaul Qur’an MAN Temanggung menggelar peringatan malam Isra’ Mi’raj pada Ahad malam, 26 Januari 2025 M, bertepatan dengan 26 Rajab 1446 H. Acara ini berlangsung dengan penuh kekhusyukan dan antusiasme dari para santri, dewan asatidz, serta tamu undangan.
Sebelum acara inti dimulai, suasana semakin meriah dengan penampilan grup rebana santri Asrama Pesantren Mambaul Qur’an, yang diketuai oleh Zakki Arga. Alunan shalawat yang mereka lantunkan membawa nuansa syahdu dan semakin menghidupkan semangat cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
Acara inti diisi dengan tausiyah yang disampaikan oleh pengasuh Asrama Pesantren, Ustadz H. Taufiqurrochman, S.S.. Dalam ceramahnya, beliau menekankan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan momentum utama turunnya perintah shalat secara langsung tanpa perantara. Beliau menjelaskan bahwa perintah shalat ini memiliki keistimewaan dibandingkan ibadah lainnya karena Allah SWT sendiri yang menyampaikannya langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj ini mengandung tiga dimensi waktu yaitu masa lalu, sekarang dan masa depan. Dimensi waktu tersebut tergambar melalui perjalanan Isra’ (perjalanan malam) Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa melewati Yatsrib atau kota Madinah sekarang, Nabi diberi tahu oleh Malaikat Jibril bahwa tempat itu adalah tempat masa depan Nabi selama 10 tahun berdakwah setelah dari Makkah sampai akhir hayatnya, ini adalah dimensi waktu yang akan datang.Kemudian singgah di gunung Sinai tempat Nabi Musa AS menerima Wahyu. Setelah itu lanjut ke Baithlehem tempat kelahiran Nabi Isa AS, persinggahan ini adalah memutar dimensi masa lalu dari para Nabi terdahulu. Setelah di Masjidil Aqsha Nabi di tuntun masuk masjid dan ditarik untuk menjadi imam shalat dan ternyata makmumnya adalah para nabi terdahulu. Dalam Isra’ juga diungkap tamtsil para umat Muhammad yang tergambar secara positif seperti orang yang menanam pohon yang segera berbuah tanpa menunggu lama adalah gambaran orang yang suka akan shadaqah, sementara yang negatif adalah gambaran orang yang memukul kepalanya sampai hancur dan pulih kembali secara berulang-ulang itu adalah gambaran bagi orang-orang yang suka meninggalkan shalat. Shalat adalah cerminan penghambaan yang paling fundamental, maka Rasulullah bersabda barang siapa yang mendirikan shalat berarti dia telah mendirikan agama, tapi barang siapa yang meninggalkan shalat berarti dia telah menghancurkan agama. Juga amalan yang pertama dihisab dan yang menjadi penentu diterima atau tidaknya amalan yang lain adalah shalat jika shalat nya bagus maka amalan yang lain juga akan diterima begitupun sebaliknya.
Lebih lanjut, Ustadz Taufiqurrochman mengajak para santri untuk menjadikan peristiwa Isra’ Mi’raj sebagai pengingat akan pentingnya menjaga shalat lima waktu dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan. “Shalat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga sarana komunikasi langsung antara hamba dan Allah SWT,” ujarnya.
Acara ditutup dengan doa bersama, memohon keberkahan dan kemudahan dalam mengamalkan ajaran Islam. Dengan terselenggaranya peringatan Isra’ Mi’raj ini, diharapkan para santri semakin memahami makna shalat dan semakin istiqamah dalam menjalankannya.